Kamis, 26 November 2009

Cerita, "Ujian Saringan Tiga Kali"

0 komentar
Di jaman Yunani kuno, Dr. Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanannya yang tinggi.

Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, "Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda?"

"Tunggu sebentar," jawab Dr. Socrates.

"Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin anda melewati sebuah ujian kecil. Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Kali."

"Saringan tiga kali?" tanya pria tersebut.

"Betul," lanjut Dr. Socrates

"Sebelum anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Kali. Saringan yang pertama adalah KEBENARAN.

Sudah pastikah anda bahwa apa yang akan akan katakan kepada saya adalah benar?"

"Tidak," kata pria tersebut, "Sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada anda".

"Baiklah," kata Socrates.

"Jadi anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak."
Sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu KEBAIKAN.

Apakah yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?"

"Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk."

"Jadi," lanjut Socrates, "Anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu benar. Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya, yaitu KEGUNAAN.

Apakah apa yang anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?" "Tidak, sungguh tidak," jawab pria tersebut.

"Kalau begitu," simpul Dr. Socrates, "Jika apa yang anda ingin beritahukan kepada saya ... Tidak benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya?"

(author : unknown)

~~~

Sahabatku, saya yakin anda sudah paham maksud cerita ini...

Jazakumullah telah membaca, semoga bermanfaat...

Senin, 23 November 2009

Cerita, "Keluarga Semut"

1 komentar
huh ... lelahnya aku seharian menyelesaikan pekerjaan kantor yang tak habis-habisnya. Kurebahkan tubuhku di lantai depan televisi, sementara kubiarkan TV menyala untuk tetap menjaga agar aku tidak terlelap. Suhu yang sedikit panas memaksaku membuka kemeja dan membiarkan kulitku bersentuhan dengan sejuknya lantai.

"aaauww ... brengsek!" gumamku
Segera kutepis sesuatu yang menggigit lenganku hingga ia terjatuh di lantai, ternyata seekor semut hitam.

"Kurang ajar! Apa ia tidak mengerti kepalaku begitu penat dan tubuhku ini seperti mau hancur? Apa ia juga tidak tahu kalau aku sedang beristirahat?" pikirku seraya kembali merebahkan tubuhku.

Tapi, belum sampai seluruh tubuh ini jatuh menempel lantai, "addduuhhh!" Lagi-lagi semut kecil itu menggigitku. Kali ini punggungku yang digigitnya dan gigitannya pun lebih sakit. "heeeh, berani sekali makhluk kecil ini," gerutuku kesal.

Ingin rasanya kulayangkan tapak tangan ini untuk membuatnya mati tak berkutik 'mejret' di lantai. Namun sebelum tanganku melayang, ia justru sudah mengacung-acungkan kepalan tangannya seperti menantangku bertinju. Kuturunkan kembali tanganku yang sudah berancang-ancang dengan jurus 'tepokan maut', kuurungkan niatku untuk menghajarnya karena kulihat mulutnya yang komat-kamit seolah mengatakan sesuatu kepadaku. Awalnya aku tidak mengerti apa yang diucapkannya, tapi lama kelamaan aku seperti memahami apa yang diucapkannya.

"Hey makhluk besar, anda menghalangi jalan saya! Apa anda tidak lihat saya sedang membawa makanan ini untuk keluarga saya di rumah ..." Rupanya ia begitu marah karena aku menghambat perjalanannya, lebih-lebih sewaktu punggungku menindihnya sehingga ia harus terpaksa menggigitku.

Akhirnya kupersilahkan ia melanjutkan perjalanannya setelah sebelumnya aku meminta maaf kepadanya. Susah payah ia membawa sisa-sisa roti bekas sarapanku pagi tadi yang belum sempat kubersihkan dari meja makan. Kadang oleng ke kanan kadang ke kiri, sesekali ia berhenti meletakkan barang bawaannya sekedar mengumpulkan tenaganya sembari membasuh peluhnya yang mulai membasahi tubuh hitamnya.

Kuikuti terus kemana ia pergi. Ingin tahu aku di pojok mana ia tinggal dari bagian rumahku ini. Ingin kutawarkan bantuan untuk membantunya membawakan makanan itu ke rumahnya, tapi aku yakin ia pasti menolaknya. Berhentilah ia di sebuah sudut di samping lemari es sebelah dapur. Di depan sebuah lubang kecil yang menganga, ia letakkan bawaannya itu dan kulihat seolah ia sedang memanggil-manggil semut-semut di
dalam lubang itu. Satu, dua, tiga .... empat dan .... lima semut-semut yang tubuhnya lebih kecil dari semut yang membawa makanan itu berlarian keluar rumah menyambut dengan sukaria makanan yang dibawa semut pertama itu. Dan, eh ... satu lagi semut yang besarnya
sama dengan pembawa roti keluar dari lubang. Dengan senyumnya yang manis ia mendekati si pembawa roti,
menciumnya, memeluknya dan membasuh keringat yang sudah membasahi seluruh tubuh semut pembawa makanan itu.

Hmmm ... menurutku, si pembawa roti itu adalah kepala keluarga dari semut-semut yang berada di dalam lubang tersebut. Kelima semut-semut yang lebih kecil adalah anak-anaknya sementara satu semut lagi adalah istri di pembawa roti, itu terlihat dari perutnya yang agak buncit. "Mungkin ia sedang mengandung anak ke enamnya" pikirku.

Semut suami yang sabar, ikhlas berjuang, gigih mencari nafkah dan penuh kasih sayang. Semut istri tawadhu' dan qonaah menerima apa adanya dengan penuh senyum setiap rizki yang dibawa oleh sang suami, juga ibu yang selalu memberikan pengertian dan mengajarkan anak-anak mereka dalam mensyukuri nikmat Tuhannya. Dan, anak-anak semut itu, subhanallah ... Mereka begitu pandai berterima kasih dan menghargai pemberian ayah mereka meski sedikit. Sungguh suami yang dibanggakan, sungguh istri yang membanggakan dan sungguh anak-anak yang membuat ayah ibunya bangga.

Astaghfirullah ..., tiba-tiba tubuhku menggigil, lemas seperti tiada daya dan brukkk .... aku tersungkur. Kuciumi jalan-jalan yang pernah dilalui semut-semut itu hingga menetes beberapa titik air mataku. Teringat semua di mataku ribuan wajah semut-semut yang pernah aku hajar 'mejret' hingga mati berkalang lantai ketika mereka mencuri makananku. Padahal, mereka hanya mengambil sisa-sisa makanan, padahal yang mereka ambil juga merupakan hak mereka atas rizki yang aku terima.

Air mataku makin deras mengalir membasahi pipi, semakin terbayang tangisan-tangisan anak-anak dan istri semut-semut itu yang tengah menanti ayah dan suami mereka, namun yang mereka dapatkan bukan makanan melainkan justru seonggok jenazah.

Ya, Allah ... keluarga semut itu telah mengajarkan kepadaku tentang perjuangan hidup, tentang kesabaran, tentang harga diri yang harus dipertahankan ketika terusik, tentang bagaimana mencintai keluarga dan dicintai mereka. Mereka ajari aku caranya mensyukuri
nikmat Tuhan, tentang bagaimana perlunya ikhlas, sabar, tawadhu' dan qonaah dalam hidup.

Hari-hari selanjutnya, ketika hendak merebahkan tubuh di lantai di bagian manapun rumahku aku selalu memperhatikan apakah aku menghambat dan menghalangi langkah atau jalan makhluk lainnya untuk mendapatkan rizki. Ingin rasanya aku hantarkan sepotong makanan setiap tiga kali sehari ke lubang-lubang tempat tinggal semut-semut itu. Tapi kupikir, lebih baik aku memberinya jalan atau bahkan mempermudahnya agar ia dapat memperoleh dengan keringatnya sendiri rizki tersebut, karena itu jauh lebih baik bagi mereka. (author : eramuslim)

Jumat, 20 November 2009

Cerita, “3 Pasien Jantung”

0 komentar
Suatu ketika di suatu negeri, terdapat Rumah Sakit yang cukup besar, dan sangat diakui akan kehandalannya. Dokter-dokter disanapun sangat mumpuni, baik pendidikan dan pengalaman mereka. Banyak dokter-dokter spesialis disana.

Hingga suatu ketika, tiba-tiba salah satu dokter senior sedang kebingungan terhadap ketiga pasiennya yang baru datang. Beliau ini adalah dokter spesialis jantung, entah apa titelnya, yang jelas beliau sangat ahli dalam jantung, termasuk mencangkok dan mengganti jantung.

Kebetulan, ketiga pasien ini dalam kondisi yang parah, yakni jatung mereka telah rusak. Dan jalan satu-satunya untuk di sembuhkan adalah dengan mengganti jantung mereka dengan jantung donor.

Pasien pertama adalah seorang laki-laki yang sudah cukup tua, umurnya sekitar 70-an. Beliau adalah seorang profesor. Beliau diantar dengan diringi keluarga dan para mahasiswanya.

“Pak dokter, tolonglah pak Profesor ini. Pemikiran beliau sangat berharga untuk pendidikan di negeri ini. Selamatkan dia pak dokter! Berikanlah dia kesempatan untuk menyelesaikan buku, yang sangat berharga bagi negeri ini!” Pinta para keluarga dan mahasiswanya.

Kemudian tak lama, pasien kedua datang. Beliau ini hanya laki-laki biasa berumur 30 tahunan, yang memiliki 3 anak yang masih kecil-kecil. Dan beliau adalah tulang punggung keluarganya dalam mencari rezeki.

“Tolong pak dokter! Sembuhkan suami saya pak dokter!” mohon sang istri kepada dokter dengan tangisannya. Terdengar pula tangisan anak-anak disana menatap ayahnya yang kaku tak bergerak.

Disaat bersamaan, datang pula keluarga yang membawa anaknya yang masih kecil, yang berumur sekitar 3 tahun. Ayah dan Ibu ini menangis meronta-ronta memohon kepada sang dokter agar anak mereka diselamatkan jantungnya.

“Tolong pak dokter, putri kami ini sangat kami nantikan kehadirannya hingga bertahun-tahun, hingga sekarang kami bisa mendapatkannya. Jadi tolonglah, berapapun biayanya akan saya bayar. Asal kami bisa melihat putri kami ini bisa tumbuh dewasa dan cantik” tangis dan pinta sang bunda.

….

Sang dokter termenung di ruang beliau. Butiran-butran air mata menetes mengalir di pipinya. Beliau kebingungan ketika melihat stok jantung donor hanya tinggal satu. Sedangkan yang membutuhkan 3 orang. Dan sangat tidak mungkin menunggu donor jantung dari negeri lain, karena membutuhkan waktu yang lama.

“Tidak ada jalan lain! Selain mengorbankan dua dari tiga pasien saya! Tapi yang mana yang harus saya pilih untuk diselamatkan?” Pikir keras beliau.

~~~

Sahabatku, mungkin anda merasakan juga kebingungan beliau. Tapi saya mencoba agar grup ini lebih interaktif. Silahkan bagaimana anda mengambil keputusan ketika sahabat sekalian dalam posisi sebagai dokter tersebut?

Silahkan balas pesan ini, dan tuliskan opini anda dan alasan anda, apakah anda memilih Profesor, atau Ayah dari anak-anak, ataukan anak kecil yang diselamatkan? Dan pastinya kedua pasien sisanya harus dikorbankan.

Jazakumullah telah membaca, kami tunggu jawaban anda sekalian. Insya Allah sebagian dari opini sahabat sekalian akan saya copy paste dan saya tampilkan di Grup CCM ini.

Salam Motivasi! ^_^

..............

.............


Lanjutan Cerita, “3 Pasien Jantung”

Salam Motivasi…

Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada sahabat sekalian yang berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk ikut berbagi opini dalam cerita, “3 Pasien Jantung”. Sekitar tiga ratusan opini yang telah masuk, baik di inbox saya, atau di wall grup ini.

Sekilas saya perhatikan dari berbagai opini sahabat sekalian, kebanyakan anda cenderung mengambil keputusan untuk memlih : (dari yang terbanyak hingga yang paling sedikit)

1. Ayah dari ketiga anak.
2. Anak berumur 3 tahun
3. Profesor tua
4. Masih bingung dan ragu

Perlu sahabat sekalian ketahui, bahwa Cerita “3 Pasien Jantung” ini, dulu pernah saya sampaikan di dalam sebuah training kepemimpinan. Tujuan cerita ini memang disengaja agar terjadi konflik. Sehingga peserta training terpancing untuk mengutarakan opini mereka. Yang pada sebelumnya mereka malu, takut, dan bimbang mengutarakan pendapatnya. Alhamdulillah, salah satu tujuan training tercapai.

Perdebatan sehatpun muncul ditengah mereka. Mereka saling kukuh mempertahankan pendapatnya. Berbagai pendapat dan pemikiran mereka lontarkan semua. Sehingga materi training jadi terasa sangat hidup.

Kemudian mungkin masih ada pertanyaan dalam diri anda, ”lalu keputusan manakah yang paling benar?” sebuah pertanyaan yang sama dari para peserta training.

Jawaban saya simpel. Yakni jawaban anda benar semua, ketika anda memilih salah satu dari ketiga pasien tersebut. Dan yang salah adalah ketika anda masih dalam kebimbangan dan tenggelam dalam keraguan dan tidak berani mengambil keputusan. Bahkan hingga saat ini anda masih ragu.

(eit... sebentar... jangan protes dulu ya..! ^_^)

Sahabatku, mungkin kita semua pernah menghadapi suatu masalah yang dilematis. Ketika harus memutuskan A, bisa jadi salah, dan kalo B, bisa jadi salah juga. Sehingga tak jarang kita berputar-putar dalam kebimbangan dan keraguan, sehingga tanpa sadar permasalahan tersebut malah semakin bermasalah.

Itulah hikmah dari cerita ini. Keberanian, ketegasan dan kecepatan dalam mengambil keputusan adalah poin utama. Timbanglah segala masalah secukupnya dan sewajarnya, kemudian ambil keputusan. Dengan menyebut nama-Nya, yakinlah keputusan itu yang terbaik. Kalaupun toh keputusan tersebut salah, saya kira itu jauh lebih baik daripada anda tidak berani mengambil keputusan.

Maka saya ucapkan selamat bagi anda yang telah berani dan tegas dalam mengambil keputusan. Dan itu berarti anda berhak mendapatkan hadiah..., ya, hadiah sebuah doa dari saya. Semoga segala keputusan anda adalah keputusan yang terbaik! Amin.... he he.. ;)

Dan bagi anda yang masih ragu, dan belum mengambil keputusan. Atau yang sudah mengambil keputusan, tapi kurang tegas, karena masih ada keraguan dalam diri anda. Maka latihanlah untuk mengambil keputusan dengan tegas. Terutama bagi anda yang seorang pemimpin. Baik pemimpin perusahaan, Organisasi, atau anda seorang pemimpin keluarga. Dan saya yakin, anda sekalian paling tidak adalah seorang pemimpin bagi diri anda sendiri. Anda harus berani memutuskan dengan tegas, apa tindakan anda!

Jazakumullah telah membaca tulisan ini, semoga anda menjadi pribadi yang tegas dalam mengambil keputusan. Keputusan tuk menapaki setiap langkah kehidupan yang lebih baik, dan lebih baik lagi...

Salam Motivasi...!!!

Selasa, 17 November 2009

Cerita, "The Gift"

0 komentar
Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado.

Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.

"Untuk apa?" tanya sang ayah.

"Untuk kado, mau kasih hadiah." jawab si kecil.

"Jangan dibuang-buang ya." pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.

Persis pada hari raya, pagi-pagi si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Pa, Pa ada hadiah untuk Papa."

Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab, "Sudahlah nanti saja."

Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa, sudah siang."

"Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Papa."

Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.

"Hadiah apa nih?"

"Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang."

Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong.

Tidak berisi apa pun juga. "Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya koq kosong. Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal?"

Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa."

Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya.

"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya !"

~~~

Sahabatku, kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi.

Apa yang terjadi ?

Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong.

Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain.

Kosong dan penuh - dua-duanya merupakan produk dari "pikiran" kita sendiri.

Sebagaimana kita memandangi hidup, demikianlah kehidupan kita.

Hidup menjadi berarti, bermakna, karena kita memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya.

Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong...........

Jangan memandang kehidupan ini dengan pesimis ... berikanlah arti dan makna untuk menjadikan hidup yang lebih baik ...

Lihatlah.... dengarlah.... Rasakanlah....sungguh amat besar nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita....

Bersyukurlah.....!

Jazakumullah telah membaca... Semoga hari anda selalu menyenangkan... ^_^

Salam Motivasi!

Cerita, ”Pohon Beringin dan Pohon Durian”

0 komentar
Saya teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh Pak Zainudin MZ. Mungkin anda sudah pernah mendengar. Tapi tak mengapa, jika saya mencoba mengingatkan kembali kisah ini.

Suatu ketika ada pemuda yang sedang istirahat di bawah pohon beringin. Sambil tiduran, dia merenung, dan berkata,

”Heran, Allah itu tidak adil. Masak pohon beringin yang besar ini kok buahnya kecil-kecil.” katanya dalam hati.

”Sedangankan pohon durian, yang kecil pohonnya, tapi kok besar buahnya...” protes dia dalam hatinya.

Tiba-tiba sebutir buah beringin jatuh menimpa kepala pemuda itu, Tuk...!!

Sang pemudapun kaget, dari lamunannya... tiba-tiba dia beristighfar, meminta ampun kepada Allah atas tuduhannya bahwa Allah tidak adil”

Sahabatku, tahukah anda penyebab sang pemuda itu sadar akan kesalahannya?

Ya,... dia membayangkan jika pohon beringin itu memiliki buah seperti durian, pasti kepalanya remek (hancur) tertimpa buahnya... ^_^

~~~

Sahabatku, saya yakin pernah terbesit dalam diri anda merasakan bahwa Allah tidak adil. Kenapa nasip saya begini? kenapa dia begitu? Kenapa dia mendapatkan itu? sedang saya tidak? Pernahkah?

Jika pernah, maka mohonlah ampun kepada-Nya. Seperti kisah diatas, pemuda tersebut tidak akan sadar akan kesalahannya, sebelum tertimpa buah kecil dari pohon beringin tersebut. Yakinlah Allah Maha adil. Cuma, dari sebagian kejadian, mungkin kita belum tau dan belum paham akan hikmah dan maksud keadilan Allah dengan segala kejadian penciptaan-Nya tersebut.

Ah... sangat wajar saya kira, seberapa besar sih kemampuan otak manusia? Pasti memliki keterbatasan. Karena kita hanya makhluk. Sedangkan Allah adalah zat yang tak terbatas, Maha Segalanya..., karena Dia sang Kholik... Sang Pencipta... Allah yang Maha Adil...!

Jazakumullah telah membaca, semoga bermanfaat...

Salam Motivasi ! ^_^

Cerita, "Uang Logam"

0 komentar
Suatu ketika, ada seorang anak yang menemukan sebuah uang logam. Dia sangat senang sekali dengan apa yang ditemukannya. Dia mendapatkan uang, tanpa harus mengeluarkan tenaga. Tanpa bersusah payah, dia dapat membeli apa saja dengan uang yang ditemukannya itu. Ah, lalu dia berpikir untuk melakukan pekerjaan iini sampai sore nanti. Dia lalu menghabiskan hari itu dengan kepala menunduk, mata terbuka lebar, dan meneliti setiap pojok jalan dengan seksama.

Ya, anak itu melakukan kegiatan itu sampai akhir masa kanak-kanaknya. Dia memang menemukan banyak sekali uang dengan cara itu. Ada ratusan uang receh, puluhan uang kertas, beberapa perhiasan, sebuah liontin, dan banyak benda berharga lainnya yang dapat ditukarkan dengan uang dan mainan. Anak itu senang sekali dengan pekerjaan ini.

Memang, dia mendapatkan banyak uang dengan cara ini. Namun, agaknya, dia melupakan banyak hal. Dia, telah kehilangan ratusan kehangatan pagi dan indahnya embun di dedaunan. Dia juga melewatkan ratusan pelangi yang kerap hadir di atas awan, sebab, kepalanya selalu tertunduk ke bawah. Dia juga, tak sempat untuk menyaksikan ribuan fajar dan ribuan senja.

Dia tak pernah menyaksikan burung-burung yang terbang di angkasa, dan bercericit di atas pohon-pohon. Dia melewatkan banyak sekali layang-layang yang berkejaran di langit, dan meliuk-liukan badannya seperti camar yang membentuk susunan-susunan formasi yang indah. Dia tak sempat merasakan harumnya bunga-bunga di taman, dan tawa riang teman-temanya yang sedang bermain.

Dia tak pernah menemukan senyum hangat setiap orang yang berpapasan dengannya. Dia melewatkan tawa renyah dari kakek yang bertongkat dan selalu mengelus setiap anak yang ditemuinya. Dia, tak pernah merasakan itu semua. Burung yang beterbangan, matahari yang bersinar, dan senyuman itu, bukanlah bagian dari ingatan masa kecilnnya.



***

Sahabat, begitulah hidup. Kita bisa memilih hidup kita dengan kepala
tertunduk, dan pikiran dipenuhi dengan nafsu kekayaan, dan enggan berurusan dengan orang lain. Kita juga bisa memilih hidup, dengan penuh ketakutan, takut kehilangan setiap uang logam, takut akan kritik dan saran, takit pada setiap hal baru yang hadir di depan mata. Kita bisa memilih untuk terpaku pada satu hal, hanya memikirkan diri sendiri.

Ya, kita memang bisa memilih itu semua. Namun, teman, kita juga bisa memilih untuk hidup dengan selalu memandang ke depan, dan pantang menyerah. Kita juga bisa memilih untuk merasakan semua nikmat Allah, dan menjadi bagian dari kehangatan persahabatan dan senyuman. Kita, juga bisa memilih untuk hidup dan berusaha untuk merasakan semua tawa, semua kehahuram bunga, dan keindahan fajar dan matahari senja. Ya, kita memang bisa memilih hidup kita. Tentukanlah dengan matang. ^_^


Wassalamualaikum wr wb.
Salam MOTIVASI!!!

Cerita, ”Tukang Tambal Ban”

0 komentar
Pernah suatu ketika ban motor saya kempes sepulang dari mengikuti kajian Islam rutin tiap pekan di rumah teman. Saat itu waktu menunjukan pukul setengah sebelas malam. Malam terasa begitu dingin sekali, karena saat itu musim hujan, akan tetapi segala puji bagi Allah saat itu hujan tidak turun.

Sambil menuntun sepeda motor, saya berjalan menulusuri jalan untuk mencari tukang tambal ban.

“Ada apa mas?” tanya seorang pemuda yang duduk-duduk di depan rumah.

“Ban saya bocor. Daerah sini mana ya, tukang tambal ban yang masih buka?” tanya saya.

“ Wah sudah pada tutup semua mas! Adanya di dekat jalan raya, tapi cukup jauh!” jawab nya.

“Makasih mas!” ucapku, sambil menghela nafas, karena cukup jauh saya harus bejalan ke jalan raya.

Alhamdulillah, saat itu saya ditemani ustadz saya, pak Nur Yulianto.. (Jazakallah pak ya...! ^_^) yang tak tega meninggalkanku sendiri, berjalan menelusuri malam untuk mencari tukang tambal ban.

Setengah jam berjalan akhirnya saya menemukan tukang tambal ban. Tapi, ujian lagi dari Allah. Sang tukang tambal ban tidur tidak bisa dibangunkan...mungkin memang beliau tidak mau bangun, karena sudah saya gooyang-goyang tubuhnya, tetap saja tidak bangun... sayapun mencoba memahaminya, malam-malam begini mungkin beliau sudah terlalu kecapean untuk membantu kami...

Perjalananpun kami lanjutkan, hingga akhirnya kami menemukan tukang tambal ban, yang sedang menambal ban sebuah motor...

”Alhamdulillah.... ” batinku denga rasa senang yang luar biasa, sambil menuntun motor honda prima tuaku dengan semangat... (rasa capek jalan jadi lupa...^^)

Sambil menunggu tukang tambal ban menyelesaikan pekerjaannya, saya merenung, betapa mulianya pekerjaan bapak tukang tambal ban tersebut,... karena saya baru merasakan bahwa sangat berharganya keberadaan mereka…! Coba kalo tidak ada mereka...?

~~~

Sahabatku, sering diri kita meremehkan atau menganggap rendah profesi seseorang, tapi tanpa kita sadari kita membutuhkan profesi mereka. Atau sering diantara saudara kita merasa minder akan profesinya yang mereka lakukan, padahal begitu mulianya profesi yang mereka kerjakan, karena dengan keberadaan mereka, aktifitas kita dapat berjalan dengan lancar.

Sudahkah anda berterimakasih kepada mereka?

Jazakumullah telah membaca… Salam Motivasi! ^_^

Cerita, "Arloji"

1 komentar
Seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya.

Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman karyawan yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.

Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari.

Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Kini cuman dia seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

'Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?' Tanya si tukang kayu.

'Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi 'to-tak, tok-tak'.

Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada.' Anak itu menjawab.

~~~

Sahabatku, tahukah engkau bahwa problema yang kita hadapi akan berkurang seperempat hanya dengan membiarkan diri duduk secara tenang?

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kegaduhan'-.

Mungkin inilah hikmah dari ibadah di sepertiga malam. Dikeheningan itulah kita akan lebih merasakan kasih sayang dan kedekatan Allah kepada kita. Tapi mengapa banyak dari kita merasa berat menunaikan ibadah tersebut?

Jazakumullah telam membaca cerita ini... semoga bermanfaat...

Salam Motivasi...! ^_^

Cerita, "Malaikat dan Pengusaha"

0 komentar
Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

***

Sahabatku, cerita ini hanyalah sebuah gambaran agar kita lebih instropeksi diri. Saya membayangkan ketika diri saya mati nanti, apakah orang disekeliling saya akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian saya, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?

Ah.. mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang2 disekitar kita, kaena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Dan satu lagi, janganlah engkau meremehkan sedekah, sesuai cerita diatas, justru sedekahnya yang menyelamatkan pengusaha tersebut...

Jazakumullah telah membaca cerita ini, semoga bermanfaat...

Cerita, "Pencuri"

1 komentar
Suatu ketika, tinggallah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu, terdiri dari orangtua, dan kedua anak laki-lakinya. Kekayaan mereka sangatlah berlimpah. Lumbung mereka, penuh dengan tumpukan padi dan gandum. Ladang mereka luas, lengkap dengan ratusan hewan ternak.

Namun, pada suatu malam, ada pencuri yang datang ke lumbung mereka. Sebagian besar padi yang baru di tuai, lenyap tak berbekas. Tak ada yang tahu siapa pencuri itu. Kejadian itu terus berulang, hingga beberapa malam berikutnya. Akan tetapi, tak ada yang mampu menangkap pencurinya.

Sang tuan rumah tentu berang dengan hal ini. "Pencuri terkutuk!!, akan kuikat dia kalau sampai kutangkap dengan tanganku sendiri." Begitu teriak sang tuan rumah. "Aku akan menangkap sendiri, biar rasakan pembalasanku."

Kedua anaknya, mulai ikut bicara. "Ayah, biarlah kami saja yang menangkap pencuri itu. Kami sudah cukup mampu melawannya. Kami sudah cukup besar, tentu, pencuri-pencuri itu akan takluk di tangan kami. "Ijinkan kami menangkapnya Ayah!"

Tak disangka, sang Ayah berpendapat lain. "Jangan. Kalian masih muda dan belum berpengalaman. Kalian masih belum mampu melawan mereka. Lihat tangan kalian, masih tak cukup kuat untuk menahan pukulan. Ilmu silat kalian masih sedikit. Kalian lebih baik tinggal saja di rumah. Biar aku saja yang menangkap mereka." Mendengar perintah itu, kedua anaknya hanya mampu terdiam.

Penjagaan memang diperketat, namun, tetap saja keluarga itu kecurian. Sang Ayah masih saja belum mampu menangkap pencurinya. Malah, kini hewan ternak yang mulai di ambil. Ia sangat putus asa dengan hal ini. Dengan berat hati, di datangilah Kepala Desa untuk minta petunjuk tentang masalah yang dialaminya. Diceritakannya semua kejadian pencurian itu.

Kepala Desa mendengarkan dengan cermat. Ia hanya berkata, "Mengapa tak biarkan kedua anakmu yang menjaga lumbung? Mengapa kau biarkan semua keinginan mereka tak kau penuhi? Ketahuilah, wahai orang yang sombong, sesungguhnya, engkau adalah "pencuri" harapan-harapan anakmu itu. Engkau tak lebih baik dari pencuri-pencuri hartamu. Sebab, engkau tak hanya mencuri harta, tapi juga mencuri impian-impian, dan semua kemampuan anak-anakmu. Biarkan mereka yang menjaganya, dan kau cukup sebagai pengawas."

Mendengar kata-kata itu, sang Ayah mulai sadar. Pada esok malam, diijinkanlah kedua anaknya untuk ikut menjaga lumbung. Dan tak berapa malam kemudian, ditangkaplah pencuri-pencuri itu, yang ternyata adalah penjaga lumbung mereka sendiri.


***

Sahabat, pernahkan kita bertanya kepada anak kecil tentang cita-cita dan harapan mereka? Ya, bisa jadi kita akan mendapat beragam jawaban. Suatu ketika mereka akan menjadi pilot, dan ketika lain mereka memilih untuk menjadi dokter. Suatu saat mereka akan mengatakan ingin bisa terbang, dan saat lain berteriak ingin dapat berenang seperti ikan. Walaupun pada akhirnya kita tahu hanya ada satu jawaban kelak, namun, pantaskah jika kita melarang mereka semua untuk punya harapan dan impian?

Begitulah, seperti halnya dalam cerita diatas, ada banyak pencuri-pencuri impian yang berkeliaran di sekitar kita. Mereka, mencuri semua impian, dan merampas harapan-harapan yang kita lambungkan. Mereka, selalu menghadang setiap langkah kita untuk mencapai tujuan-tujuan hidup.

Bisa jadi, pencuri-pencuri itu bisa hadir dalam bentuk orangtua, teman, saudara, atau bahkan rekan kerja. Namun, yang sering terjadi adalah, kita sendirilah pencuri harapan dan impian itu. Kita sendirilah pencuri yang paling besar menghadang setiap langkah. Kita sering temukan dalam diri, perasaan takut, ragu, dan bimbang dalam melangkah.

Terlalu sering kita mendengarkan suara kecil yang mengatakan, "Saya tidak bisa, saya tidak mampu." Atau, sering kita berucap, "Sepertinya, saya tak akan mungkin mengatasinya." "jangan, jangan lakukan ini sekarang, lakukan ini nanti saja. Terus seperti itu. Kegagalan, sering kita jadikan peniadaan dalam melangkah.

Namun, sahabat, seringkali bisa keliru..
Kegagalan, adalah sebuah cara Allah untuk menunjukkan kepada kita tentang arti kesungguhan.
Kegagalan, adalah pertanda tentang sebuah usaha yang tak akan berakhir. Kegagalan, adalah sebuah pelajaran tentang bagaimana meraih semua harapan yang terlewat.

Memang, tak ada kesuksesan yang diraih dalam semalam. Karena itu, yakinlah, dengan kesabaran kita akan dapat meraih semua harapan dan impian. Maka, yakinlah dengan semua impian kita. Jika kita mampu, dan nurani kita mengatakan setuju, jangan biarkan orang lain mencuri impian itu--terutama oleh diri kita sendiri.

Dan sahabat, jangan jadikan diri kita pencuri-pencuri impian orang lain.
Yakinlah dengan itu semua, sebab Allah selalu akan bersama kita.

Keep smiling,,,tetap semangat,,berdoa & ikhtiar...

Jazakumullah telah membaca,,, ^_^

Cerita, "Salah Kirim e-mail"

0 komentar
Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota.

Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali. Mereka akan menempati kembali kamar hotel yang sama dengan ketika mereka berhoneymoon saat menikah 30 tahun yang lalu. Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan harinya.

Setelah check in di hotel di Bali, sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya.

Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta. Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut.

Dilain tempat di daerah Cinere, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru saja meninggal. Setibanya di rumah, ia langsung mengecheck e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa.

Baru saja selesai membaca e-mail yang pertama, ia langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut (tak lama kemudian jatuh pingsan juga), yang bunyinya :

To: Isteriku tercinta
Subject: Papah sudah sampai Mah !!!
Date: 18 Mei 2006
Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku.

Ternyata disini mereka udah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah. Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok. Nggak sabar deh rasanya nungguin kamu. Semoga perjalanan kamu kesini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren.

Love you Mom,

Papah

O ya, mah, disini lagi panas-panasnya lho! Kalau pada mau, anak-anak diajak aja .

(http://riky-r.blogspot.com/2009/02/salah-kirim-email.html)
~~~

Sahabatku, mungkin anda ketawa kali ini... Paling tidak saya yakin anda tersenyum. Sengaja saya kirimkan sebuah cerita lucu untuk mengajak sahabat-sahabat sekalian untuk tersenyum.

Karena senyuman ternyata banyak manfaatnya... :

1. Senyum membuat Anda lebih menarik Orang yang banyak tersenyum memiliki daya tarik.Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang disekitarnya nyaman dan senang.Orang yang selalu merengut, cemberut, mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman.Dipastikan orang yang banyak tersenyum memiliki banyak teman.

2. Senyum mengubah perasaan Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum.Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik.Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.

3. Senyum menular Ketikan seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang.Orang disekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia

4. Senyum menghilangkan stres Stres bisa terlihat di wajah.Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih.Ketika anda stres, ambil waktu untuk tersenyum.Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.

5. Senyum meningkatkan imunitas Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik.Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks.Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.

6. Senyum menurunkan tekanan darah Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa.Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.

7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin Senyum ibarat obat alami.Senyum bisa menghasilkan endorphin,pemati rasa alamiah, dan serotonin.Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.

8. Senyum membuat awet muda Senyuman menggerakkan banyak otot.Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift.Dijamin dengan banyak tersenyum Anda akan terlihat lebih awet muda.

9. Senyum membuat Anda kelihatan sukses Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri, terkenal, dan bisa diandalkan.Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien.Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.

10. Senyum membuat orang berpikir positif Coba lakukan ini: pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah.Penyebabnya, ketika Anda tersenyum,tubuh mengirim sinyal "hidup adalah baik".Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah.

(http://my.opera.com/mrtaufik/blog/2008/07/24/manfaat-tersenyum)

Jazakumullah, telah membaca cerita ini, semoga membuat sahabat ringan dalam memberikan senyuman kepada setiap orang... ^_^

Cerita,"Bibit Tanaman"

2 komentar
Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman."

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

***

Sahabat, memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup.

Jadilah bibit yang pertama, yang mau dan mampu tumbuh menjulang dan akar-akarnya menembus kerasnya tanah. Walau kenyataan hidup apa yang diungkapkan oleh bibit ke2 tidaklah salah, bahwa ada tantangan diluar sana yang menghadang kita. Namun semua itu adalah anugerah dari Allah yang memang harus dilalui.

Bukankah dibawah tanah sana yang gelap gulita terdapat seluruh sumber "makanan" yang berlimpah ruah sehingga akar2 menerobos kedalam. Dan diatas sana ada cahaya matahari menunggu dedauanan demi "proses fotosintesis", dan air hujan yang menyejukan.

"Layaknya kehidupan, bumi/dunia ini adalah ladang kita. Dimana kita memilih tumbuh dengan baik atau kebalikannya. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak."

Semoga Allah memberikan jalan terbaik dalam hidup kita, amin..

Jazakumullah telah membaca.
Wassamu'alaikum wr wb, Salam hangat!!!

Cerita, "Panah"

0 komentar
Suatu ketika, hiduplah seorang bijak yang mahir memanah. Dia, mempunyai 3 orang murid yang setia. Ketiga pemuda tersebut, amatlah tekun menerima setiap pelajaran yang diberikan oleh guru tuanya itu. Mereka bertiga sangat patuh, dan tumbuh menjadi 3 orang pemanah yang ulung. Telah banyak buruan yang mereka dapatkan. Bidikan mereka bertiga sangatlah jitu. Sampai suatu ketika, tibalah saat untuk ujian bagi ketiganya.

Sang guru, kemudian memilih lokasi ujian di sekitar tempat mereka belajar. Pilihannya jatuh pada sebuah pohon besar dengan latar belakang gunung yang indah. Di letakkannya sebuah burung-burungan kayu, pada cabang pohon itu. Setelah mengambil jarak beberapa puluh meter, Ia lalu berkata, "Muridku, lihatlah ke arah gunung itu, apa yang akan kau bidik.."

Murid pertama maju ke depan. Busur dan anak panah telah disiapkan. Dengan lantang, ia menjawab, "Aku melihat sebuah batang pohon. Itulah sasaran bidikanku." Sang guru tersenyum. Ia memberikan tanda, agar muridnya itu menunda bidikannya. Sesaat kemudian, murid yang kedua pun melangkah mendekat. "Bukan. Aku melihat sebuah burung. Itulah sasaran bidikanku. Biarkan aku memanahnya Guru. Nanti, " seru murid itu, "kita bisa memanggang burung yang lezat untuk makan siang."

Sang guru kembali tersenyum. Diisyaratkan tanda agar jangan memanah dulu. Ia bertanya kepada murid yang ketiga. "Apa yang kau lihat ke arah gunung itu?" Murid ketiga terdiam. Ia mengambil sebuah anak panah. Di rentangkannya tali busur, dibidiknya ke arah pohon tadi. Tali-tali itu menegang kuat. "Aku hanya melihat bola mata seekor burung-burungan kayu. Itulah bidikanku." Diturunkannya busur itu. Tali-tali panah tak lagi meregang. Sang Guru kembali tersenyum, namun kali ini, dengan rasa bangga yang penuh.

"Muridku, sejujurnya, kalian semua layak untuk lulus ujian ini. Namun, ada satu hal yang perlu kalian ingat dalam memanah. Fokus. Sekali lagi, fokus. Tentukan bidikan kalian dengan cermat. Tujuan yang jelas, akan selalu meniadakan hal-hal yang menjadi penganggunya." Ia kembali melanjutkan, "Sebuah keberhasilan bidikan, akan ditentukan dari tingkat kesulitan yang dihadapinya. Sebuah pohon besar dan burung, tentu adalah sasaran yang paling mudah untuk di dapat. Namun, bisa mendapatkan bidikan pada bola mata burung-burungan kayu, itulah yang perlu kalian terus latih.

***

Sahabatku, memanah, adalah sama halnya dengan hidup. Kita pun perlu mempunyai fokus. Kita butuh sasaran dan tujuan. Memang, selalu ada banyak godaan-godaan pilihan yang harus di bidik. Selalu ada ribuan sasaran yang akan kita tuju dalam hidup. Ada bidikan yang mudah, dan ada pula bidikan yang sangat mudah.

Namun, kita harus jeli. Kita wajib untuk cermat. Dan, sudahkan kita tentukan tujuan hidup kita dengan jeli, dengan cermat? Tujuan yang terfokus, mungkin bukanlah hadir pada hal-hal yang besar. Tujuan yang terfokus, kerap ada pada sesuatu yang kecil, yang kadang sering dianggap remeh.

Sahabat, selalu ada banyak hiasan-hiasan dan marginalia yang muncul pada setiap tujuan hidup kita. Kadang, hiasan itu terlampau indah, dan membuat kita terpesona, lupa akan tujuan kita sesungguhnya. Marginalia itu kadang begitu menggoda, dan mengaburkan pandangan kita untuk menentukan fokus.

Dan sahabat, mari, bidiklah setiap sasaran itu dengan jeli. Siapkanlah "busur dan panah" hidup kita dengan cermat. Bukankah, nilai dalam lomba memanah, akan diukur dari lingkaran yang terkecil? Dari sanalah nilai terbesar akan kita dapatkan. Karena saya percaya, hidup adalah sama dengan memanah, dengan Allah sebagai "wasit penentunya."

Wallahu a'lam
jazakallah telah membaca cerita ini...semoga bermanfaat

Cerita, "Sepatu Sang Raja"

0 komentar
Suatu ketika, hiduplah seorang raja baru yang sangat berkuasa. Negrinya luas, meliputi segenap gunung dan lembah. Rakyatnya banyak, hingga sampai ke ujung pantai dan dalamnya hutan.

Sang Raja pun sangat perhatian dengan rakyatnya. Hingga, ia sering berkeliling, dan melakukan pengecekan di setiap wilayah kekuasaannya. Ia ingin lebih dekat dengan rakyatnya dan mengetahui apa yang dirasakan mereka.

Karena dia baru saja memerintah, sang Raja tak paham dengan semua tanah kekuasaannya. Saat kembali ke istana setelah perjalanan itu, ia merasa sangat lelah. Kakinya nyeri dan sakit, setelah melakukan perjalanan panjang. Jalan yang ditempuhnya memang jauh dan berliku. Sebab, sang Raja enggan untuk di tandu, dan memilih untuk berjalan kaki, bersama dengan pasukannya.

Sang Raja mengeluh dengan keadaannya ini. Sambil memegang kakinya yang sakit, sang Raja berpikir bagaimana caranya agar ia tak perlu merasakan nyeri ini setiap berjalan jauh. Ah, dia menemukan penyelesaian. "Kalau saja, setiap jalan yang aku lewati dilapisi dengan kulit, dan permadani, tentu, aku akan merasa nyaman dan semua orang pun begitu", begitu gumamnya dalam hati. "Aku tentu tak akan perlu merasakan sakit seperti ini. Dan mungkin rakyat-rakyatku dapat berjalan dengan nyaman"

Akhirnya sang Raja memerintahkan prajuritnya untuk melapisi setiap jalan yang di tempuhnya dengan kulit. Semua jalan, tanpa kecuali. Namun, sebelum sang Prajurit bergegas untuk melaksanakan, penasehat Raja menyuruhnya untuk berhenti. Sang Penasehat lalu berkata, "Duhai Tuanku, tentu, rencana ini akan memerlukan banyak sekali kulit dan permadani. Kita akan butuh banyak biaya, dan akan mengurangi keuangan kerajaan.

Sang Raja tampak heran, dan berkata, "Lalu, apa pendapatmu tentang hal ini? Penasehat Raja lalu menghampiri sang Raja, kemudian berujar, "Tuanku, mengapa baginda harus mengeluarkan banyak biaya untuk hal ini? Kenapa Baginda tidak memotong sedikit saja dari kulit itu dan melapisinya di kaki Baginda?

Baginda terkejut. Namun, tak lama kemudian, Raja setuju dengan usul membuat "sepatu" itu untuk dirinya. Akhirnya, Raja membatalkan niatnya untuk membuat jalan dengan kulit. Ia dapat terus melakukan kunjungan ke rakyatnya, tanpa takut lelah dan nyeri kesakitan.

***

Sahabat, ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan mengubah seluruh dunia itu.

Sahabat, jalan yang di tempuh oleh sang Raja memang panjang dan berliku. Ruas yang ditempuhnya memang terjal dan berbatu. Namun, haruskah ia melapisi semuanya dengan permadani berbulu? Haruskah jalan-jalan itu dibuat landai dan tenang, dan menutupnya dengan kulit yang halus?

Sahabatku,
Allah Maha Adil dan Bijaksana,,,diciptakan dunia ini dengan segala keragaman sifat dan keadaannya, bukan untuk mempersulit manusia. Tapi kebalikannya,,,dengan ini manusia bisa belajar dari kehidupan,,,

Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau, melapisi hati kita dengan "sepatu", agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?

wallahu a'lam,,
Jazakallah telah membacanya

Minggu, 01 November 2009

Cerita, "Kebiasaan"

0 komentar
Disuatu sore Ayah mengajak anak remajanya yang agak nakal dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk untuk berjalan-jalan dihutan sekitar perkebunan mereka. "Engkau melihat pohon itu? Cobalah engkau mencabutnya," kata sang Ayah sambil menunujuk pada salah satu pohon kecil dipinggir hutan.

Dengan segera anak remaja itu berlari dengan satu tangan saja mencabut pohon kecil itu. Mereka terus berjalan dan kali ini sang ayah menunjuk sebuah sebuah pohon yang sudah agak besar . "Sekarang coba cabut pohon itu. Dengan segera pula si anak remaja mencabut pohon itu, tetapi kali ini tidak dengan satu tangan. Ia harus mencabutnya dengan kedua tangannya.

Setelah berjalan beberapa langkah lagi sang Ayah menunjuk sebuah pohon cemara yang cukup besar. "Sekarang Ayah mau engkau mencabut pohon itu." Dengan kaget anak remaja itu menjawab, "Yang benar saja Ayah, itu kan besar dengan seluruh kekuatanku pun aku tak dapat mencabutnya. Pohon itu hanya dapat ditebang dengan Buldozer.”

"Benar katamu," jawab sang Ayah. Mereka kemudian duduk berdua dipinggir Hutan. "Sekarang dengar," kata sang Ayah memulai pelajarannya. Sesuatu yang belum terlalu lama dibiarkan, masih bisa dihilangkan dengan mudah. Seperti ketika engkau mencabut pohon kecil tadi dengan satu tanganmu. Tetapi kebiasaan yang sudah agak lama dibiarkan, masih bisa dihilangkan tetapi dengan usaha dan kerja keras, seperti ketika engkau mencabut pohon kedua dengan kedua tanganmu.

Sedangkan kebiasaan yang sudah mendarah daging karena sudah dibiasakan dan dipelihara, akan sangat sulit menghilangkannya kecuali dengan pertolongan Allah Swt. Maka belajarlah segera membuang hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah dan jangan membiasakan dirimu melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik.

(sumber : milis irfan seeds)

~~~

Sahabatku, banyak hal yang merupakan kebiasaan buruk. Kita tahu hal itu tidak benar tetapi kita membiasakan diri melakukannya tanpa merasa berdosa. Kita tahu hal itu tidak benar tetapi kita membiasakan diri melakukannya tanpa merasa berdosa.

Kebohongan, ketidakjujuran, kesombongan, kedengkian, kemalasan, perselisihan, judi, mabuk-mabukan, perzinahan dan lain-lain. Semakin lama kebiasaan itu akan tumbuh dengan suburnya sehingga kita sulit menghilangkannya.

Hanya anda saja yang tahu kebiasaan buruk apa yang sedang Anda biarkan bertumbuh didalam dirimu saat ini. Jangan biarkan sampai berakar. Sebaliknya, biasakanlah diri Anda melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, yang terpuji dan yang manis dihadapan Allah. Jika anda membiasakan diri dengan hal-hal ini, maka Anda akan melihat betapa itu akan bertumbuh dengan subur, berakar dengan kuat dan berbuah lebat.

Jazakumullah telah membaca cerita ini.. semoga bermanfaat...

Cerita "Sebuah Jam"

0 komentar
Alkisah, Seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?"
"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

Tukang jam pun terdiam....
"Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?"

"ha...Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

Tukang jam pun terdiam....
"Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam?"

"Apaa..Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali?"
"Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam pun terdiam....

Lalu tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam.

"Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kalisetiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jamdengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 86.400 kali dalam sehari..dan 3.600 kali dalam satu jam..dan tentu saja 31.104.000 kali selama setahun!!!

~~~

Sahabatku, Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang terasa begitu berat. Namun sebenarnya jika kita sudah menjalankannya, ternyata kita mampu, bahkan sesuatu yang mungkin semula kita anggap tidak mungkin untuk dilakukan. Yakinlah kepada Allah! Allah sudah mengukur kemampuan Hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya bersamaan dengan kesulitan yang kita hadapi, ada kemudahan di dalamnya.

Sahabatku, saya jadi teringat sebuah cerita dari grup IS3, tentang anak yang bertanya kepada ayahnya,

"Ayah, bisakah seumur hidup, kita bersih tanpa dosa?" tanya sang anak.
Sang ayah hanya menggelengkan kepala.

"Gimana kalo setahun?" tanyanya lagi. Ayahpun menggelengkan kepala sambil tersenyum,

"Kalo seminggu, gimana?" tanyanya lagi. Ayah menjawab. "Masih berat anaku, kayaknya nggak mungkin..."

"Nah, kalo satu jam bersih tanpa dosa", sang Ayah menjawab, "hmm..kalo sejam itu mungkin, Insya Allah"

"Jika demikian, aku akan berusaha hidup benar dari jam ke jam, ayah.
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar...."

Sang ayah terkejut, akan jawaban sang anak yang begitu dalam maknanya....

Silahkan sahabat simpulkan sendiri... ^_^

Jazakumullah telah membaca cerita ini, semoga bermanfaat...


Cerita, "Toko Penjual Suami"

0 komentar
Sebuah toko yang menjual suami baru saja dibuka di kota New York di mana wanita dapat memilih suami dengan leluasa sesuai selera dan keinginannya. Di antara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut, yaitu :

“Kamu hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI“

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut. Kamu dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya, kecuali untuk keluar dari toko.

Di setiap lantai tertera spesifikasi/kriteria dari para calon suami tersebut.

Seorang wanita pun pergi ke “toko suami” tersebut untuk mencari suami. Ia mulai mencoba mencari dari lantai satu yg tiap lantai terdapat tulisan sbb :

Lantai 1 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.

Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.

Lantai 2 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil.

Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.

Lantai 3 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, dan cakep banget.

” Wow”, tetapi pikirannya masih penasaran, dan terus naik. Sampailah wanita itu di lantai 4.

Lantai 4 : Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, dan suka membantu pekerjaan rumah.

”Ya ampun !” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya.” Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5.

Lantai 5 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget, suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa romantis. Walaupun dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali ke lantai 6. Dan membaca kriteria calon suami di lantai 6 ini :

Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak Ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-Mata bukti untuk wanita yang tidak pernah puas. Terima kasih telah berbelanja di “Toko Suami”. Hati-hati ketika keluar toko. Dan semoga hari yang indah buat anda.

~~~

Sahabatku, mungkin anda tersenyum membaca ini, atau mungkin dongkol....,

Ah maaf, ini hanya sekedar cerita humor yang saya dapatkan di internet. Cerita ini saya posting karna ada pelajaran yang dapat kita ambil. Bukan sekedar untuk wanita, akan tetapi priapun juga. Ya... sifat tidak pernah puas, atau kurang bersyukur. yang ada kurang-kurang, tapi tanpa diiringi rasa terimakasih kita kepada sang Pemberi..., seolah-olah, kita mempunyai hak yang lebih dari ini, tanpa mengukur diri...

Sahabatku, tak bosan-bosannya kami mengajak, syukurilah segala karunia yang Allah berikan kepada kita..., Allah Maha Tau kebutuhan kita, Allah hanya berharap kita bersyukur, bukan minta kurang... Dan Sesuai janji Allah, Allah akan melipatgandakan Nikmat itu...

Jazakumullah telah membaca cerita ini....
(Pengirim : Herfian Gozali) detik.com



Cerita, "Tukang Kayu"

1 komentar
Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan perumahan. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan.

Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta oleh tuannya. Hasilnya bukanlah sebuah rumah yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu.

“Ini adalah rumahmu” katanya, “hadiah dari kami.” Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

*****

Sahabat, itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadang, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan dan kurang bertanggung jawab. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan 'rumah' yang sedang kita bangun adalah ekhidupan kita. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan 'rumah' kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.

Terima kasih telah membacanya,,,jazakallah,,,


Cerita, "Pakaian"

0 komentar
Suatu ketika, hiduplah sebuah keluarga yang sederhana. Mereka tak kaya, walaupun juga tidaklah miskin. Pada suatu malam, saat keluarga itu sedang bersiap untuk makan, ada sebuah ketukan di pintu depan rumah mereka. Sang Ayah lalu menghampiri pintu itu, dan membukanya.

Disana, berdiri seorang pria tua, yang berpakaian kumuh, dengan celana yang koyak, dan baju dengan beberapa buah kancing yang hilang. Pria itu rupanya penjual buah-buahan. Ia bertanya apakah keluarga itu membutuhkan hidangan penutup. Sang Ayah segera mengiyakan, sebab, ia ingin agar pria itu segera pergi.

Namun, lama kemudian, hubungan itu menjadi semakin erat.

Setiap minggu, pria tua itu selalu membawakan sekeranjang buah-buahan pada keluarga tadi. Dan keluarga itu juga selalu membelinya. Keluarga itu juga menyadari, ternyata pria tua itu juga hampir buta, akibat katarak yang di deritanya. Tetapi, pria tua itu begitu bersahabat, sehingga, keluarga itu pun menyadari bahwa, ia orang yang menyenangkan. Dan mereka selalu menantikan kehadiran pria dengan keranjang buah itu.

Suatu hari, saat hendak menyampaikan buah-buahan, pria tua itu berkata, "Aku punya anugrah yang sangat besar kemarin. Aku menemukan sekeranjang pakaian yang ditinggalkan seseorang buatku di depan rumah. Rupanya, ada yang ingin memberikan keranjang itu buatku."

Keluarga tadi, yang yakin bahwa pria itu sangat membutuhkan pakaian, lalu berujar, "Ya, bagus sekali. Anda pasti senang sekali dengan anugrah itu."

Pria tua yang hampir buta itu lalu berkata lagi, "Namun, anugrah terbesar yang aku dapatkan adalah, aku menemukan keluarga lain yang lebih patut menerimanya daripadaku.

~~~

Sahabatku, ini adalah sebuah cermin buat kita. Cermin dimana kita bisa berkaca, dan memahami, bahwa, terlalu sering kita merasa tak cukup dengan semua pemberian Allah. Terlalu sering, kita berpikir, bahwa, kitalah yang paling berhak untuk di tolong, yang paling cocok, untuk mendapatkan pemberian.

Kita, kadang terlalu serakah, terlalu tamak dengan semua anugrah yang Allah berikan buat kita. Seakan-akan, semua yang kita dapatkan, HANYALAH, buat kita sendiri. Padahal, kita semua tahu, dalam setiap anugrah yang kita dapatkan, terselip juga hak-hak orang lain. Dan, akibat ketamakan itu, kitapun kadang enggan untuk berbagi. Enggan untuk menyampaikan anugrah itu kepada yang lebih patut, dan lebih berhak menerimanya.

Saya jadi teringat, kata-kata Pak Mario Teguh, saat ditanya, "Kenapa ada orang yang selalu merasa kurang dan kurang?", kemudian jawab beliau kurang lebih "Orang yang berhak merasa kurang, adalah mereka yang suka memberi, karena dia ingin memberikan sesuatu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya kepada mereka yang membutuhkan"

Sahabatku, masih banyak saudara kita, yang mungkin nasibnya tidak sebaik kita... termasuk saudara-saudara kita yang menerima ujian gempa di Padang.

So, saatnya berbagi Sahabatku! ^_^

Jazakumullah telah membaca cerita ini... semoga bermanfaat...


Cerita, "Anak Kecil"

0 komentar
Suatu ketika terlihat dua anak kecil kakak beradik sedang berebut sebuah mainan di depan teras rumah. Mereka memperebutkan sebuah mainan robot-robotan.

“Mainan ini miliku!” kata anak itu sanbil menarik mainan robot yang di pegang adiknya.

“Adik pinjam sebentar!” kata sang adik sambil memegang mainan tersebut.

“Ga boleh, kakak mau main!” kata sang kakak. Karena tidak sabar, sang kakak mulai memukul kepala sang adik.

“Waaaaaaaaaaa, kakak jahat, kakak jahat!” sang adik menangis dan berlari menuju ibunya. Sang Ibu terlihat berusaha mendiamkan dengan mencarikan mainan pengganti.

Tak lama kemudian, sang adik mendekati kakaknya, dan memamerkan mainan barunya kepada kakaknya.

“Mainanku lebih bagus!” dengan bangga sang adik berbicara kepada kakaknya.

“Ah, biasa aja! Yuk main bareng!” ajak sang kakak kepada adiknya.

Kemudian sang adik bermain bersama kakaknya kembali dengan canda dan tawa. Sang adik melupakan rasa sakitnya karena dipukul oleh kakaknya tadi.

~~~

Sahabatku, seharusnya kita malu kepada sikap anak-anak kecil. Mereka mudah sekali melupakan dan memaafkan kesalahan saudaranya sendiri. Tidak butuh waktu lama mereka untuk akur kembali. Bahkan mereka tidak membutuhkan kata maaf dari saudaranya.

Sungguh beda dengan diri kita. Berat sekali kita memaafkan kesalahan seseorang. Jangankan yang belum meminta maaf, yang sudah meminta maafpun kita merasa berat untuk memberikan kata maaf. Bahkan kita enggan menatap wajahnya. Memendam kemarahan hingga bertahun-tahun. Tanpa sadar kita telah memendam banyak bara amarah dalam diri kita.

Sahabatku, belajarlah utuk mudah memaafkan orang lain. Lupakanlah kesalahan mereka, dan sebaliknya ingatlah selalu jasa mereka. Buanglah bara-bara amarah dalam diri kita ini dengan pemberian maaf yang tulus dan ikhlas. Bahkan ketika mereka belum meminta maaf kepada kita.

Yakinlah, suatu saat anda akan terkejut, bahwa hidup ini ternyata sungguh jauh lebih indah dari biasanya, Insya Allah.

Jazakumullah telah membaca cerita ini, semoga bermanfaat....



Cerita, “Ayla”

0 komentar
Ayla. Nama yang indah untuk seorang gadis. Namun sayang, perlakuan yang mereka terima, tidak setara dengan nama indah yang mereka sandang. Karena memang, Ayla dalam kisah ini bukanlah sebuah nama bagi seorang gadis. Tapi, Ayla, adalah julukan bagi sebuah profesi yang dinistakan.

Ayla, atau Anak-anak Yang di Lacurkan, adalah komunitas kecil anak-anak gadis yang tinggal di temaram lampu-lampu taman. Usia mereka masih sangat muda, berkisar antara 11 hingga 18 tahun. Mereka hadir, dan terpaksa tinggal di jalan, menjajakan diri, mendapat perlakuan kasar, dengan imbalan yang tak setimpal.

Dengan modal ember, yang diisi beberapa minuman ringan dan rokok, mereka dipaksa untuk mencari tamu. Mereka berdiri berjejer di pinggir jalan, atau menunggu dalam tenda-tenda kecil di pojok taman. Setiap orang boleh menyentuh mereka, asalkan mau membeli minuman yang mereka jual. Mereka tak bisa menolak untuk di raba dan dipegang, karena tuntutan setoran yang harus dipenuhi. Bahkan tak jarang, anak-anak yang masih belia itu, terpaksa melacurkan diri untuk mendapatkan uang lebih banyak.

Suatu ketika, ada seorang anak yang kami temui dalam sebuah penelitian. Dia masih amat belia. Sebut saja namanya, Isah. Mungkin, usianya baru 15 tahun. Dia kami temui di sebuah taman di bilangan Prumpung, Jakarta.

Kami, yang datang sebanyak 3 orang, mulai terlibat obrolan yang menyenangkan. Kami bertanya tentang apa yang dirasakan anak gadis ini. Dia pun bercerita tentang pengalaman pahitnya di jalanan. Kami juga bertanya apa yang menjadi harapan dan angan-angannya kelak, dan menawarkan bantuan agar dia terbebas dari tempat semacam ini. Dia tersenyum, dan menawarkan minuman ringan dagangannya.

Tak terasa, sudah banyak sekali yang disampaikan gadis ini. Harapannya tak banyak, angan-angannya tak muluk-muluk. Dia tampak senang sekali, saat mengetahui, kami datang untuk menanyakan kabarnya. Dia tampak bahagia, dan berharap kami datang sering datang untuk mendengar kisahnya. Ya, kami kembali tersenyum, dan berjanji untuk mau menjadi sahabatnya.

Sayang, kami harus kembali, kemudian, salah seorang teman bertanya, "Isah, kami harus bayar berapa untuk minuman ini? Dia hanya diam. Namun, tiba-tiba wajahnya memerah. Matanya berkaca-kaca. Sambil di pegangnya botol-botol itu, dia menatap kami satu-persatu. Nanar. Dia mulai menangis. Kami mulai bingung. Wajahnya menunduk, airmatanya berlinang.

"Mas, dan Mbak semua jahat. Mas bukan teman Isah. Nggak ada bedanya sama orang-orang itu!" "Isah ikhlas kasih itu buat Mas, nggak minta bayaran!" Kenapa Mas anggap Isah jualan buat gituan...?", ucapnya lirih, menahan tangis. Rupanya, dia merasa tersinggung, karena kami menganggap minuman itu sama dengan jasa yang dia berikan. Akhirnya kami bertiga berusaha menenangkannya dan meminta maaf. Dia bisa memahami setelah menjelaskan sikap kami. Dia pun kembali tersenyum.

~~~

Sahabatku, begitulah, harga diri, kehormatan yang dimiliki Isah, tetap tak bernilai di dalam dirinya. Ia, walaupun terpojok dengan profesi yang harus di jalaninya, tetap memiliki kebanggaan diri sebagai manusia, yang tak mau di lecehkan. Tekadnya tetap kuat, perasaannya tetap murni, bahwa tiap orang, tak pantas untuk dilecehkan, tak pantas untuk mendapat perlakuan tak setara.

Adakah kebanggaan diri itu terpatri dalam diri kita?

Begitulah, saat ini, saya merasa beruntung sekali, melewatkan malam ulang tahun saya, bersama mereka, Ayla. Kebetulan, pada malam ini pula, mereka mementaskan teater musik, yang berkisah tentang dunia yang mereka jalani. Sebuah teater yang menarik, dengan semua pemain yang terdiri dari para Ayla. Walaupun mereka bercerita, pada saat latihan, sering harus terhenti, karena ada yang menangis saat memainkan peran-peran itu.

Ya, saya bersyukur sekali kepada Allah, dapat menghabiskan malam ini bersama mereka. Menjadi teman bagi mereka, menjadi telinga bagi mereka. Saya senang sekali dapat menjadi orang yang mereka percayai, orang yang mereka anggap sahabat, pelindung, dan menjadi tempat untuk bercerita. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang saya dapat dari mereka, dan hal itu, membuat saya semakin lengkap menjadi manusia.

Sekali lagi, terima kasih. Semoga Allah, akan menguatkan jemari ini untuk tetap menuliskan semua hikmah-hikmah-Nya. Semoga Allah, akan memberikan kekuatan pada saya untuk dapat meneruskan semua pelajaran yang diberikan-Nya. Semoga Allah memberikan saya kekuatan, dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan-Nya. Amin. Allahuma Amin.

Hope you are well and please do take care.
Wassalamualaikum wr wb. Salam hangat!!

(Tulisan dari sahabat Irfan)


Cerita "Kesombongan Atheis"

0 komentar
Suatu ketika seorang ateis menentang ulama besar Bagdad Hasan al-Bashri untuk berdebat tentang keberadaan Tuhan. Karena kepercayaan diri yang besar, laki-laki tak percaya Tuhan itu mengajukan syarat bahwa yang kalah harus dipancung, Al-Bashri pun sepakat.

Waktu yang mereka sepakati pun tiba. Di suatu tempat, masyarakat Bagdad berjubel untuk menyaksikan perdebatan teologis yang monumental itu. Mereka ingin tahu bagaimana ''nasib'' Tuhan ditentukan. Ketika Al-Bashri belum tiba, si Ateis telah berada di atas mimbar dan langsung berkoar-koar bahwa Tuhan hanya rekayasa manusia. Ia menunjukkan argumentasi bahwa Tuhan tidak ada, dan mereka yang percaya akan keberadaan Tuhan hanyalah orang-orang tolol yang gampang dibodohi halusinasi.

Menjelang zuhur, Al-Bashri belum juga tiba. Hadirin mulai cemas. Sementara itu, si ateis tampak gembira, seolah-olah kemenangan sudah digapainya.

''Lihatlah, guru kalian tidak datang. Ia tahu akan kalah, maka dia memilih tidak hadir untuk menghindari maut. Akulah yang menang. Tuhan tidak ada. Ikutilah aku,'' teriaknya.

Tiba-tiba Al-Bashri datang tergopoh-gopoh saat forum itu hendak disudahi dan kemenangan bagi si ateis sudah di pelupuk mata. Dengan nada menyentak si ateis bertanya, ''Kenapa kamu datang terlambat? Kamu takut kalah dan takut dipenggal, ya?''

''Maaf,'' jawab Al-Bashri serius. ''Sebenarnya sejak pagi aku telah berusaha menuju tempat ini. Seperti kamu ketahui, untuk menuju ke sini, aku harus melintasi sungai Tigris. Namun, tidak biasanya, di sungai itu tidak ada satu pun perahu melintas. Akhirnya aku shalat dan berdoa kepada Tuhan. Cukup lama aku berdoa, lalu aku melihat papan-papan bertebaran di sungai itu. Lalu papan-papan itu menyusun satu sama lainnya menjadi sebuah perahu. Dengan perahu itulah aku melintasi sungai dan sampai di sini.''

Si ateis menyela, ''Ah, mustahil. Kamu dusta, kamu mengada-ada. Mana mungkin papan-papan itu tersusun menjadi perahu tanpa ada yang membuatnya?''

Hasan Al-Bashri menjawab, ''Ya, kamu benar. Itu mustahil. Mana mungkin papan-papan itu terbentuk perahu tanpa ada yang menyusunnya. Kalau begitu, mana mungkin jagat raya yang mahaluas ini berwujud, berjalan teratur dengan sendirinya, tanpa ada yang mencipta dan yang mengaturnya. Bagaimana mungkin darah, tulang, daging, kulit bisa terbentuk sendiri menjadi seperti kamu?''

Si ateis terdiam, tidak berkutik. Argumentasinya kalah oleh ucapannya sendiri. Hadirin tertegun dan memuji kebesaran Allah, Subhanallah. Benar kata nabi saw, ''Bertafakurlah tentang ciptaan Allah, dan jangan berpikir tentang wujud Allah.'' Akal dan kekuatan kita tidak akan pernah bisa mengetahui wujud Allah

Jazakumullah telah membaca cerita ini, semoga bermanfaat...
(author unknown)

Cerita "Lampu Lalu Lintas"

0 komentar
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”



“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi. “Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.

Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. Bob”

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

(author : www.resensi.net)

Cerita, ”Batu, Kerikil dan Pasir”

0 komentar
Seorang profesor filsafat ketika sedang memberikan kuliah mengeluarkan sebuah botol mayones yang sudah kosong. Kemudian ia mengeluarkan beberapa batu yang kemudian diisikannya ke botol itu. Ketika sudah dua batu diisikan, sudah tak ada tempat lagi bagi batu ketiga. Ia bertanya pada mahasiswanya apakah botol itu sudah penuh? Mahasiwanya mengiyakan.

Kemudian ia mengambil kerikil kecil. Dimasukkannya kerikil itu ke botol dan botol itu dikocok-kocoknya. Kerikil-kerikil itu akhirnya masuk bergulir memenuhi ruang di antara batu-batu itu. Sekali lagi ia bertanya apakah botol itu penuh? Mahasiswanya menjawab ya. Lalu profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke botol. Setelah botol itu diguncang-guncangkan beberapa kali, pasir itu masuk mengisi ruang yang masih tersisa memenuhi botol.

~Author Unknown~

Sahabatku, botol ini mengibaratkan hidup Anda. Batu-batu ini adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup anda yaitu , keluarga, kesehatan, anak-anak Anda. Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal lain yang juga penting dalam hidup Anda, misalnya pekerjaan, pengetahuan, ketrampilan Anda. Pasir adalah hal-hal lain seperti hobby dan kesenangan Anda. Bila Anda memasukkan kerikil dan pasir terlebih dahulu maka tak ada ruang lagi buat batu.

Begitu juga dengan hidup Anda. Bila Anda mencurahkan seluruh energi dan waktu Anda untuk hal-hal yang kecil, materi, kedudukan, kesenangan, maka Anda tak mempunyai ruang lagi untuk hal yang benar-benar penting dalam hidup Anda.

Berikan prioritas pada hal yang terpenting. Beri perhatian pada isteri atau suami dan anak-anak Anda. Dan jangan lupa berikan pula waktu bagi Dia, Sang Pencipta kita, karna pertemuan dan ridho-Nyalah, tujuan utama kita.

Jangan khawatir Anda akan tetap punya waktu untuk pekerjaan dan kesenangan Anda, karena hal-hal itu hanyalah kerikil dan pasir saja.

Jazakumullah telah membaca cerita ini.... semoga bermanfaat.



Cerita, "Monyet Terkuat"

1 komentar
Di sebuah hutan, terdapat seekor monyet yang kuat dan ahli dalam memanjat. Suatu saat sang monyet memanjat pohon yang paling tinggi di hutan tersebut. Monyet itu akan mempelihatkan kekuatanya kepada banyak monyet yang sedang menatap dirinya.

Dengan cepat dan tangkas monyet itu memanjat pohon itu. Dari dahan ke dahan lainnya, monyet itu memanjat dan melompat dengan gerakan indah, hingga tidak membutuhkan waktu lama sang monyet untuk mencapai puncak pohon.

Dengan bangga sang monyet menepuk-nepuk dadanya, menunjukan bahwa dirinya adalah yang terhebat. Monyet-monyet lainnya pun berteriak-berteriak menunjukan bahwa mereka takjub dengan kemampunnya.

Pada saat itu juga, tiba-tiba cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi galap dan mendung. Gemuruh langit terdengar, rintik-rintik hujan turun tak lama, langsung disusul lebatnya hujan badai. Para monyet belarian menuju sarang-sarang mereka untuk berteduh, kecuali satu monyet yang memanjat pohon, dia berpegang dengan erat batang pohon yang ia panjat. Menahan hujan badai yang terus saja menghantamnya, yang seolah-olah berusaha menjatuhkannya.

“Aku harus kuat, karna aku adalah monyet terkuat di hutan ini!” pikirnya sambil menahan kuatnya hembusan angin dan dinginnya hujan. Banyak pohon berjatuhan karena badai mematahkan batang-batangnya. Sang monyet beruntung karena berada di pohon yang tinggi dan kuat. Tak jarang sang monyet hampir jatuh karena pohon itu berayun-ayun dengan kuat, akan tetapi sang monyet sanggup bertahan.

Sejam telah berlalu, akhirnya badai reda. Cahaya matahari yang hangat mulai menyinari hutan kembali. Hewan-hewan pun sudah keluar dari sarangnya, termasuk para monyet yang keluar untuk melihat kondisi temannya yang sedang memanjat itu. Sungguh menajubkan, monyet itu masih bertahan di puncak pohon tertinggi tersebut. “Ha ha ha, memang aku monyet terkuat di hutan ini. Hujan badai saja ta sanggup menjatuhkanku. Ha ha ha…” Pekiknya dengan bangga sambil menepuk-nepuk dadanya.

Tak lama kemudian, angin sepoy-sepoy berhembus dengan hembusan lembut. Hembusan tersebut menyentuh seluruh badan sang monyet dengan halus dengan sinar matahari yang hangat. Sang monyet merasa nyaman dengan angin sepoy-sepoy hangat itu. Terasa bagaikan angin dari surga, setelah satu jam lamanya menahan hantaman hujan badai.
Tak terasa, mata sang monyet mulai menyipit sedikit demi sedikit. Genggaman kuatnya tak tersasa mulai mengendur. Ototnya yang menegang, perlahan-lahan mulai melemah. Dan bisa ditebak, sang monyet itu langsung tertidur.

Tak lama kemudian sang monyet itu bangun, dengan badan penuh luka. Dia baru sadar bahwa dia terjatuh ketika ia tertidur diatas pohon. Dan yang paling menyakitkan adalah ternyata dia telah dijatuhkan dengan mudah oleh angin-angin sepoy-sepoy itu.

(cerita ini terinspirasi dari ceramahnya ust. Rahmat Abdullah dalam fim “Sang Murrabi”)

~~~

Sahabatku, mungkin banyak dari diri kita ini merasa kuat dengan berbagai ujian dari Allah berupa kesempitan, kelaparan, kesusahan, seperti badai hujan yang selalu menimpa diri kita.

Akan tetapi banyak dari diri kita ini lemah dan tidak kuat terhadap ujian dari Allah berupa kesenangan, harta, jabatan, seperti hembusan angin sepoy-sepoy hangat yang melenakan, sehingga membuat kita tertidur. Dan tanpa sadar kita ternyata sudah terjatuh.

Sahabatku, semua keadaan di muka bumi ini pada hakekatnya adalah sebuah ujian. Apakah kita kuat dan sabar ketika diberi musibah? Dan apakah kita terlena dan kufur ketika kita diberi nikmat?

Semoga kita bisa menjani ujian dari Allah dengan sabar. Seperti kita menjalani bulan Ramadhan yang akan segera berakhir ini. Berarti masa training kita sudah berakhir. Ujian sebenarnya telah didepan mata kita...ya, 11 bulan mendatang.

Jazakumullah khoir telah membaca. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua.